(langsung copy dari Ms.Word, maap kurang rapi)
Ter-untuk ASTUTY di GANESHA..
Roro
Jogging
Tersebutlah kisah dua kerajaan yang memperebutkan tanah kekuasaan,
kedua kerajaan tersebut bernama Kerajaan fun jogging dan kerajaan fun jago. Di
mana mereka saling menjatuhkan satu sama lain, hingga suatu hari pertumpahan
darah pun terjadi. Berliter-liter darah mengucur dari setiap celah tubuh kubu
fun jogging dengan fun jago. sang ramahanda pun terbunuh dengan sebilah pedang
yang menancap tepat di jantung hatinya oooooooooooo... oleh kesatria rekjos
yang dikenal sebagai bandeng bondowoso. Dan dari situlah kisah ini dimulai. :*
###rock###
Roro :“oooh,
ramahanda siapa gerangan yang tega membunuhmu! Jawab rama!!!”
dayang :“sabar
tuan putri badai pastikan berlalu, seiring dengan perkembangan zaman.” (centil)
( roro jogging melihat sosok lelaki yang tak berambut, ia
penasaran dengan sosok tersebut, hingga ia menghampirinya..)
Jogging :
“siapa kau?”
Bandeng bondowoso tak menghiraukannya dan pergi meninggalkan
roro jogging.
Seminggu kemudian setelah kematian Ramahanda Roro Jogging,
bandeng Bondowoso pergi ke kerajaan Fun jogging untuk mencari tahu keadaan
kerajaan fun jogging. Di perjalanan terlihat masyarakat yang sedang jogging
pagi-pagi. Salah satunya adalah puteri Roro jogging beserta dayang-dayangnya. Seketika
itu roro jogging, mampu mengalihkan dunia bandeng bondowoso. Seakan membuat
hati yang telah lama beku, kambali tercairkan oleh paras cantik Rorojogging.
##reggage##
“hay wanita cantik? Siapa
sesungguhnya gerangan dirimu?” dengan berteriak dan memandangi rere jogging
yang sedang asyik jogging.
Balasnya, “mari berjogging”.
Sambil berjogging, mereka saling berbicara. Dan dari situlah
Bandeng mulai tahu, nama Roro Jogging berasal dari kegiatan rutinnya, yakni
jogging. Kemudian mereka menceritakan mengenai asal-usul mereka, tanpa
mengingat kembali kejadian terdahulu ; perang besar.
“oo..jadi kerajaanmu Fun Jago..?”
“iyah, soalnya banyak ayam jago yang bangunin warga tiap
paginya”
“ooh..ayamnya kayak apa?”
“nggatau, tiap dicari, ga ada satu ekorpun ayam jago”
“lho.. serem amat?”
“haha...emang tuh ayam jago konyol, buat candaan wargaku,
makannya mereka ga sedih, malah pada fun, makannya dikasih nama Kerajaan Fun
Jago”
Hingga mereka saling jatuh cinta tanpa pandang bulu, pandang
kumis, pandang rambut, hanya dengan pandang-pandangan saja di dekat kota
padang.
“aku suka kamu”sahut Bandeng tiba-tiba.
“Ciyus? Miapah?”
“Mi..likin kamu selamanya”
“Bandeng bisa aja deeech..” Roro tersapu malu oleh tukang
sapu.
“maukah kau menjadi isteriku?,” pinta Bandeng.
“hm...aku butuh waktu untuk menjawabnya,” :l
“satu malam saja ya?” :o
“mm...baiklah”. J
“tunggu aku esok pagi di halaman kerajaanmu ya, cantiq”. ;)
Mereka kemudian pulang, dan Bandeng lupa mengenai misinya
untuk mencari tahu keadaan kerajaan fun jogging. Justru ia malah mencari
isteri, aduh Bandeng..
Sesampainya di kerajaan masing-masing, mereka baru menyadari
siapa yang telah diajak mengobrol selama jogging tadi. Roro marah, kecewa, namun apa daya panah asmara telah
menusuknya. Bandeng bingung, namun inilah cinta yang sedang mendomisili kedua
insan tersebut.
Malam itu Roro sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan
untuk mencegah Bandeng agar tidak masuk ke dalam lubuk hatinya yang terdalam.
Walau dipanah asmara, ia tetap menegaskan diri bahwa Kerajaan fun jago-lah yang
telah membunuh ayahnya. (Roro curhat dengan dayang).
Roro : Wahai
dayang Sumbing, aku galau..
Dayang : Ada apa
gerangan wahai Roro ?
Roro : Bandeng tuh
looh..
Dayang : Apa cii?
Roro : Dia nembaq
akuuh..
Dayang : Ooh.. Hah?!! (tiba2 kaget). Bukannya dia yang bunuh
ramahanda ??
Roro : Nah itu
dia..
Dayang : Lha trus
gimana doonng?
Roro : Nah
makannya aku tanya ke kamu, dayangku .
Dayang : Oh begitu..
Roro : hmm..
Dayang: Gimana kalo gini aja.. (bisikin roro, roro wajah
punya ide)
##musikk##
.keesokan pagi.
“apapun yang terjadi, cinta telah membara, takkan ada unsur
apapun dalam bumi ini yang dapat meredamnya!” (tegas Bandeng dalam hati)
Bandeng : “Selamat
pagi tuan putri Jogging”
Roro :
“I-iya, selamat pagi Bandeng..” Roro ragu.
Bandeng : “Ada
apa gerangan nona cantik? Mengapa tidak seceria hari kemarin?”
Roro :
“Tidak apa, Bandeng.”
Bandeng : “Baiklah,
sejak semalam, saya menantikan jawaban darimu, adinda.”
Roro :
“em..iya, akupun semalam merasakan keraguan yang teramat, dalam.”
Bandeng : “apa
gerangan yang membuat dikau ragu? Apakah daku kurang tampan? Atau kurang
rupawan?” (sambil gaya)
Roro :
“bukan begitu..”
Bandeng : “hartaku
bergelimang Nona, kau tak akan sengsara bila kelak menjadi pasangan hidupku.”
Roro :
“Baiklah..aku mau menjadi isterimu, ta..”
Bandeng : “ye
ye ya yaa!!” (jingkrak-jingkrak seneng)
Roro :
“tapi..”
Bandeng : “tapi
apa wahai tuan puteri?”
Roro :
“tapi aku punya saaatu permintaan” (gaya minta ke jin)
Bandeng : “wani
piro?”
Roro :
“nduwe piro?”
Bandeng : “nduweni
opo wae”
Opo opo . .(gaje)
Roro, “kau harus membuatkanku gedung pencakar langit, sampai
langit ke-tujuh agar aku bisa bertemu ayahku, dalam satu malam, kau sanggup?”
Bandeng, “tentu daku sanggup”
#jeng jeng jeng jeng#
Kemudian Bandeng mencari-cari Ki Tong Fang, kawan masa
kecilnya yang kini telah sukses membuka semacam warung untuk berobat.
“ohya, aku ingat, waktu aku sakit karena rambutku yang dulu
begitu kribo, aku berobat ke Ki Tong Fang. Setelah aku berobat ke Ki Tong Fang,
sakit pun hilang, dan rambutku hilang sekejap !”
Bandeng lalu menelpon Ci tong Fang.
Bandeng :“hallo”
Tong Fang : “hayya..ini
siapa?”
Bandeng : “masa kau lupa?”
Tong Fang : “siapa
siapa”
Bandeng : “ini
Bandeng”
Tong Fang : “Bandung??”
Bandeng : “Bandeng
!!”
Tong Fang : “Badeg??”
Bandeng : “budegg!”
Tong Fang : “budegg??”
Bandeng : “nah
tuh bener..”
Tong Fang : “oo..Bandeng,
haaha. Ada apa ini tilpun owe?”
Bandeng : “haduh..dasar
nini – nini..”
Tong Fang : “eeh..owe
masih cici inih”
Bandeng : “Iyadeh,
Ci Tong Fang, aku butuh bantuan ini” (logat batak)
Tong Fang : “bantuan
apa ini”
Bandeng : “begini
, eh lho kok jadi batak?”
Tong Fang : “ohya..owe
lupa, hahaa”
Bandeng : “Ci,
aku butuh bantuan buat mbangun pencakar langit .”
Tong Fang : “oohh..keciil..”
Bandeng : “tapi
ini bukan pencakar langit biasa”
Tong Fang : “bedanya?”
Bandeng : “ini
sampai langit ke-tujuh, dan dikerjakan hanya satu malam!”
Tong Fang : “oohhh..besar..”
Bandeng : “aduh..gimana
dong ini Ci?”
Tong Fang : “hayya..panggil
saja itu si, kontraktor-kontraktor”
Bandeng : “ha??
Kontraktror?”
Tong Fang : “hayya..ini
nomer tilpunnya, catat saja.. 081234567..8 satu..dua” (gaya sule, terus jadi
senam, ajak penonton)
.Sore harinya.
##intro country##
Bandeng :
“akhirnya aku bisa temukan solusinya, No Solution like Kontraktor!” (gaya
promo)
Jin :
“oo..jadi ini yang namanya Budeg”
Bandeng :
“Bandeeeeeeng!!”
Jin :
“itu si kata Ci Tong Fang..?”
Bandeng :
“dia yang salah, huu.. Yasudah, langsung saja, tanda tangan sini”
(baca perjanjian: PERJANJIAN. SATU, BANGUN PENCAKAR LANGIT,
DUA, SAMPAI LANGIT KETUJUH, TIGA, SELESAIKAN HINGGA MALAM BERAKHIR. *nada
Pancasila)
Jin :
“baiklah”
Bandeng & Jin :
“deal!”
##country##
Tak disangka-sangka ayam berkokok pada jam tersebut.
Bandeng :
“lho..lho..ada apa ini?”
#musik lesung#
Jin : “wah..rupanya sudah fajar
tuan”
Bandeng :
“selesaikan dulu tugas kalian!”
Jin :
“tapi perjanjian adalah perjanjian, Tuan”
Bandeng : “eh..tunggu!”
##ska##
(diselingin )
Bandeng :
Hey.. kau tlah membohongiku, teganya kau menghianatiku
Roro :
aku tak bermaksud.....
(nglanjutin ska, Roro Jogging berlari. Kemudian dikutuk
menjadi *pohon)
Bandeng :
Jadi mungkin inilah takdir, yang terbaik untukku.. Dari beribu canda tawa, suka
duka, saat bersamanya, beribu kisah, beribu arti, beribu...
##jazz##
(ENDING)